Hendak Dipulangkan Agensi, Berkat Bantuan TIWA, TKI Ini Berhasil Dirawat di RS Taiwan!

Otoritas Taiwan telah memberikan bantuan kepada seorang pekerja migran Indonesia (PMI) yang menderita penyakit autoimun parah.

Berkat bantuan ini TKI tersebut dapat melakukan transplantasi sumsum tulang yang sangat dibutuhkan agar kondisi kesehatannya segera membaik, menurut sebuah organisasi non-pemerintah (LSM) setempat.

印尼女童跨海救姊台灣首開邊境| 生活新聞| 生活| 聯合新聞網
foto : UDNNews

Kasus ini muncul ke publik pertama kali pada bulan Februari lalu ketika warga negara Indonesia (WNI) bernama lengkap Nina Herlina, meminta bantuan kepada Asosiasi Pekerja Internasional Taiwan (TIWA), sebuah LSM lokal yang mempromosikan hak-hak pekerja migran.

TKI ini meminta bantuan kepada TIWA setelah pihak agensinya ingin segera mengakhiri kontrak kerjanya di Taiwan dan mengirimnya pulang ke Indonesia tanpa memberikan alasan yang jelas.

TIWA kemudian mengetahui bahwa keputusan itu dibuat setelah dokter menduga TKI tersebut menderita anemia aplastik, penyakit autoimun dimana tubuhnya gagal menghasilkan sel darah dalam jumlah yang cukup, kata LSM itu dalam posting Facebook terbarunya.

Dengan bantuan TIWA, wanita Indonesia yang berusia 23 tahun itu diberi kesempatan untuk tinggal di Taiwan, tempat ia tinggal dan bekerja sebagai pengasuh migran sejak Oktober 2018 silam.

Pada tanggal 19 Maret 2020 lalu, dokter di Rumah Sakit Umum Veteran Taipei (TVGH) secara resmi mendiagnosis TKW asal Indonesia ini menderita anemia aplastik dalam kondisi parah.

Pihak medis TVGH mengatakan bahwa transplantasi sumsum tulang diidentifikasi sebagai cara terbaik untuk mengobati penyakitnya, menurut TIWA.

Dokter mengatakan kepada Nina bahwa sel-sel sehat untuk transplantasi dapat berasal dari anggota keluarga, menjadikan dua adik perempuannya, yang baru berusia 5 dan 14 tahun sebagai kandidat terbaik untuk operasi transplantasi tersebut, katanya.

5歲印尼童跨海「捐幹細胞」救姊台首開邊境- Yahoo奇摩股市
foto : TVBS

Namun, Nina tidak mampu membayar estimasi biaya sebesar NT$ 400.000 yang dibutuhkan untuk membayar tiket pesawat dan biaya lain agar ibu dan kedua saudara perempuannya dapat datang ke Taiwan dan juga untuk biaya pengobatan.

Untuk membantu mengumpulkan uang untuk membantu kesembuhan Nina dan mendatangkan keluarganya ke Taiwan, TIWA memulai kampanye penggalangan dana secara online pada tanggal 25 Mei 2020 lalu.

Hingga pada hari Sabtu, dana sumbangan sekitar NT$ 400.000 telah berhasil dikumpulkan. TIWA juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah sangat dermawan dan mau memberikan sumbangan kepada TKI ini.

Di luar kesulitan keuangan, keluarga Nina di Indonesia juga menghadapi rintangan yang ditimbulkan oleh pembatasan perjalanan pada pengunjung asing ke Taiwan di tengah pandemi corona.

Seperti yang diketahui bersama sejak 19 Maret 2020 lalu, pemerintah Taiwan telah melarang warga negara asing (WNA) untuk memasuki negara kepulauan itu dengan sedikit pengecualian.

Selain itu, bagi semua pengunjung yang tiba di Taiwan, terlepas dari kebangsaan mereka, wajib menjalani karantina selama 14 hari saat masuk ke wilayah Taiwan sebagai upaya preventif COVID-19.

TIWA meminta bantuan dari Legislator Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, Hung Sun-han untuk memungkinkan keluarga Nina mengunjungi Taiwan agar operasi transplantasi demi kesembuhan Nina segera dilakukan.

Dengan dukungan dari Hung, yang melakukan pembicaraan dengan kementerian luar negeri (MOFA) Taiwan dan kantor perwakilan Indonesia di Taiwan, ibu Nina dan dua adik perempuannya diberikan visa sebelum akhirnya tiba di negeri Formosa pada tanggal 2 Juni 2020.

Ketiganya kini dikarantina di sebuah hotel di Taichung setelah menjalani tes darah khusus yang diatur oleh TVGH untuk menentukan apakah ada di antara mereka yang merupakan donor yang cocok untuk operasi transplantasi sumsum tulang bagi Nina.

Hasilnya telah mengidentifikasi bahwa saudara perempuan Nina yang berusia lima tahun sebagai donor yang sesuai, menurut keterangan pihak rumah sakit.

Pejabat TVGH mengatakan bahwa prosedur medis terkait untuk transplantasi sumsum tulang bagi Nina telah dijadwal agar dapat dilakukan pada pertengahan Juli 2020 mendatang.

Hung mengatakan kepada CNANews bahwa kasus Nina telah mengungkap fakta bahwa masih banyak kecurangan yang terjadi di kalangan pekerja migran.

Hal ini juga menunjukkan bahwa Taiwan masih memiliki banyak ruang untuk perbaikan dalam hal melindungi hak-hak pekerja migran untuk mendapatkan perawatan medis yang memadai di negeri Formosa.

Nina relatif beruntung karena LSM lokal membantunya mengatur perawatan medis yang ia butuhkan, tetapi sejumlah besar pekerja migran lainnya mungkin tidak seberuntung itu, menurut Hung.

Anggota parlemen DPP Taiwan ini mengatakan bahwa dia berencana untuk mengusulkan undang-undang (UU) yang akan memastikan pekerja migran di negara itu memiliki akses yang lebih baik di masa depan ke sektor perawatan kesehatan yang mereka butuhkan.

Sumber : TVBS NEWS, KSNews, CNANews, Yahoo News

Loading

You cannot copy content of this page